KEUTAMAAN DAN KEISTIMEWAAN PUASA

Puasa secara bahasa artinya Imsak (menahan). Adapun secara syariat, para Ulama mengartikannya dengan berbagai macam definisi. Akan tetapi, definisi yang dipilih adalah bahwa Puasa merupakan Ibadah kepada Allah dengan cara menahan diri dari makan, minum dan seluruh pembatal-pembatalnya, mulai dari terbit fajar kedua sampai terbenam matahari dan dilakukan oleh orang yang memenuhi syarat-syarat tertentu.

Puasa dinamakan juga dengan kesabaran, karena sebuah hadits : ““ Puasa pada bulan kesabaran dan tiga hari disetiap bulan akan menghilangkan kemarahan didada.” (HR. Ahmad 3070). Ada juga yang mengatakan bahwa puasalah yang dimaksud dalam Firman Allah : “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.” (Al-Baqarah: 45). Karena orang yang berpuasa menahan atau menyabarkan diri dari syahwat-syahwatnya.

Puasa memiliki beberapa keutamaan dan keistimewaan, berikut ini keutamaan dan keistimewaannya :

  • Puasa termasuk amalan yang menyebabkan seseorang mendapatkan ampunan dan pahala yang besar dari Allah . Allah berfirman : “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”(Al-Ahzab:35)
  • Puasa itu lebih baik bagi seseorang jika dia mengetahui. Allah berfirman : “Dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Al-Baqarah:184)
  • Puasa adalah salah satu sebab menuju ketakwaan. Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”(Al-Baqarah:183)

Puasa adalah perisai seorang muslim dari api Neraka. Nabi bersabda : “Rabb kita mengatakan : “Puasa adalah perisai yang menjaga seorang muslim dari api Neraka. Dan puasa untuk-Ku, Akulah yang akan membalasnya.” (HR. Ahmad 14669)

  • Puasa adalah benteng kokoh untuk berlindung dari api Neraka. Berdasarkan hadits Abu Hurairah dari Nabi saw bersabda : “Puasa adalah perisai dan benteng yang kokoh untuk berlindung dari api Neraka.” (HR. Ahmad 9225)
  • Puasa merupakan perisai dari godaan syahwat. Berdasarkan hadits Abdullah bin Mas’ud berkata: “Sesunggguhnya Rasulullah bersabda kepada kami : “Wahai para pemuda, barangsiapa yang sudah mampu menikah maka menikahlah, karena menikah akan menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Namun apabila belum mampu, maka berpuasalah karena puasa akan menjadi penunduk syahwat baginya.” (HR.Bukhari dan Muslim)
  • Orang yang berpuasa sehari dijalan Allah akan dijauhkan oleh Allah dari Neraka sejauh tujuh puluh tahun perjalanan. Berdasarkan hadits Abu Sa’id Al-Khudri berkata, saya mendengar Rasulullah bersabda : “ Barangsiapa berpuasa sehari dijalan Allah, niscaya Allah akan jauhkan wajahnya dari Neraka sejauh tujuh puluh tahun perjalanan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  • Puasa sehari dijalan Allah akan menjauhkan pelakunya dari Neraka sebagaimana jauhnya langit dan bumi. Berdasarkan hadits Abu Umamah Al-Bahili dari Nabi bersabda : “Barangsiapa yang berpuasa sehari dijalan Allah, niscaya Allah akan menjadikan sebuah lubang antara dia dan Neraka, sebagaimana jauhnya langit dan bumi.” (HR. At-Tirmidzi 1624). Imam Al-Qurthubi mengatakan bahwa maksud “dijalan Allah” artinya dalam keta’atan kepada Allah . Dengan kata lain, dia berpuasa kerena mengharapkan Wajah Allah . Namun ada juga yang berpendapat bahwa maksudnya adalah ketika berperang dijalan Allah (jihad fi sabililllah).
  • Puasa adalah wasiat Nabi yang tidak ada bandingannya. Berdasarkan hadits Abu Umamah berkata : “Wahai Rasulullah, perintahkanlah aku dengan suatu perkara yang dengannya Allah akan memberi manfaat kepadaku.” Beliau bersabda : “ Berpuasalah engkau, karena tidak ada yang semisal dengan puasa.” Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Abu Umamah bertanya kepada Rasulullah “Amal apakah yang paling utama ?” Nabi bersabda : “Berpuasalah engkau karena tidak ada yang setimbang dengan puasa.” (HR. An-Nasa’i 2220)
  • Orang yang berpuasa akan masuk Syurga dari pintu Ar-Rayyan. Berdasarkan hadits Sahl bin Sa’ad berkata, Rasulullah bersabda : “Dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan yang pada hari Kiamat tidak akan ada orang yang masuk ke surga melewati pintu itu kecuali para shaimun (orang-orang yang berpuasa). Tidak akan ada seorangpun yang masuk melewati pintu tersebut selain mereka. Lalu dikatakan kepada mereka; Mana para shaimun, maka para shaimun berdiri menghadap. Tidak akan ada seorangpun yang masuk melewati pintu tersebut selain mereka. Apabila mereka telah masuk semuanya, maka pintu itu ditutup dan tidak akan ada seorangpun yang masuk melewati pintu tersebut”.(HR. Bukhari dan Muslim). Dalam sebuah riwayat dikatakan, “Disyurga itu ada delapan pintu. Ada sebuah pintu yang disebut Ar-Rayyan. Tidak ada yang masuk melalui pintu itu kecuali orang-orang yang berpuasa.” (HR. Bukhari)
  • Puasa termasuk amalan pertama yang menyebabkan seseorang masuk Syurga. Berdasarkan hadits Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda : “Siapa di antara kalian yang berpuasa pada hari ini? lalu Abu Bakar menjawab, ‘Saya.’ Kemudian beliau bertanya, ‘Siapa di antara kalian yang mengantarkan mayit ke kuburnya? Abu Bakar menjawab, ‘Saya.’ Lalu beliau bertanya lagi, ‘Siapa di antara kalian yang memberi makan orang miskin?’ Abu Bakar menjawab, ‘Saya.’ Kemudian beliau bertanya, ‘Siapa di antara kalian yang menjenguk orang sakit? lalu Abu Bakar menjawab, ‘Saya.’ Maka beliau  berkata, ‘Jika semua perkara tersebut ada pada seseorang, maka dia akan masuk surga.” (HR. Muslim)
  • Puasa adalah pelebur dosa-dosa. Berdasarkan hadits Hudzaifah dari Nabi : “Fitnah seseorang dalam keluarganya, harta, anak dan tetangganya. Fitnah itu akan terhapus oleh shalat, puasa, shadaqah, berbuat kebaikan (ma’ruf) dan mencegah kemungkaran.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini termasuk karunia Allah yang besar. Dosa-dosa seorang muslim yang dia kerjakan terkait istri, anak, harta dan tetangganya akan Dilebur dengan shalat, puasa, sedekah dan amar ma’ruf nahi mungkar. Sudah semestinya seorang muslim memperbanyak amalan-amalan ini. Peleburan dosa ini adalah untuk dosa-dosa kecil. Sedangkan untuk dosa-dosa besar harus dengan taubat yang memenuhi syarat-syaratnya.

  • Pahala orang yang berpuasa akan dipenuhi tanpa batas
  • Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan didunia dan diakhirat
  • Bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi disisi Allah daripada wangi minyak misik.

Tiga keutamaan diatas disebutkan dalam riwayat Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda : “Allah berfirman, “Semua amalan anak Adam (manusia) adalah untuknya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu adalah bagi-Ku, dan Akulah yang akan memberi pahala. Puasa itu adalah perisai. Apabila seseorang berpuasa, maka janganlah ia berkata keji dan kasar. Jika ada orang mencaci atau memusuhinya, hendaklah ia berkata, Aku sedang berpuasa.’ Demi jiwa Muhammad yang ada di tangan-Nya! Sungguh mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wanginya minyak misik. Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan yaitu; kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa Tuhannya, dimana ia bahagia dengan (pahala) puasanya” (HR. Bukhari dan Muslim)

  • Puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafa’at kepada pelakunya pada hari Kiamat. Berdasarkan hadits Abdullah bin Amru bahwa Rasulullah bersabda : “Puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafa’at bagi seorang hamba pada Hari Kiamat. Puasa berkata : “Ya Rabb, aku menghalanginya dari makan dan syahwatnya maka berikanlah syafa’at untukku kepadanya.” Al-Qur’an berkata : “Aku menghalanginya tidur dimalam hari, maka berikan syafa’at untukku kepadanya.” Lalu beliau bersabda : “Lalu keduanyapun memberi syafa’at.” (HR. Ahmad 2/174)
    • Puasa merupakan salah satu pintu dari pintu-pintu kebaikkan. Berdasarkan hadits Mu’adz bin Jabal bahwa Nabi bersabda kepadanya : “Maukah kuberitahukan kepadamu pintu-piniu kebaikan?” Puasa adalah perisai, shadaqah itu dapat menghapuskan dosa sebagaimana air dapat memadamkan api, dan shalat yang dilakukan oleh seseorang di tengah malam. ” Dia berkata, “Rasulullah kemudian membaca firman Allah, ‘Lambung-lambung mereka jauh dan tempat tidur mereka,’ hingga pada lafaz ‘apa yang mereka kerjaka” (QS. As-Sajadah:16-17) (HR. At-Tirmidzi 2616)

Sumber : Ash-Shiyam fil Islam fi Dha’uil Kitab was Sunnah hal.6-20 oleh Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Penterjemah : Ust. Surya Darma Al-Maidany, dengan diringkas)

KEUTAMAAN DAN KEISTIMEWAAN RAMADHAN

Bulan Ramadhan memiliki Fadhilah dan keistimewaan yang sangat besar, yaitu sebagai berikut :

  • Allah menurunkan Al-Qur’an pada bulan Ramadhan. Allah berfirman : “Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (Al-Baqarah:185). Sungguh, Allah telah memuliakan bulan Ramadhan dari seluruh bulan yang ada dengan memilihnya sebagai bulan diturunkannya Al-Qur’an. Diturunkannya Al-Qur’an itu terjadi pada malam Lailatul Qadar, yakni salah satu malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Allah berfirman : “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.”(Al-Qadr:1),

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.”(Ad-Dukhan:3)

  • Pada bulan Ramadhan, Kitab-Kitab Ilahiyyah diturunkan. Hal ini berdasarkan riwayat dari Watsilah bin Al-Asqa’ bahwa Rasulullah bersabda : “Shuhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan. Taurat diturunkan pada hari keenam bulan Ramadhan. Injil diturunkan pada hari ketiga belas bulan Ramadhan. Dan Al-Qur’an diturunkan pada hari kedua puluh empat bulan Ramadhan” (Musnad Ahmad 4/107)
  • Pada bulan Ramadhan pintu-pintu Syurga dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup, setan-setan dibelenggu, pintu-pintu Rahmat dibuka, pintu-pintu langit dibuka dan didalamnya terdapat malam pembebasan dari Neraka. Rasulullah bersabda : “Apabila telah datang malam pertama bulan Ramadhan, maka setan-setan akan dibelenggu, pintu-pintu Neraka akan ditutup dan tidak ada satupun pintu yang dibuka. Pintu-pintu Syurga dibuka dan tidak ada satupu pintu yang ditutup. Kemudian akan ada Penyeru yang berkata : ‘Wahai pencari kebaikkan, bergegaslah, dan Wahai pencari kejahatan, berhentilah !’ Akan ada orang-orang yang Allah bebaskan dari Neraka dan Hal itu ada pada setiap malam.” Dalam lafaz Bukhari “pintu-pintu langit akan dibuka” Sedangkan dalam riwayat Muslim “ pintu-pintu Rahmat akan dibuka” Dan dalam riwayat Bukhari dan Muslim “setan-setan akan dirantai” (HR. Bukhari 1898, Muslim 1079)
  • Pada bulan Ramadhan terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa yang terhalang dari kebaikkan malam tersebut, maka dia terhalang dari semua kebaikkan. Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda : “Akan datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah wajibkan puasa pada bulan tersebut. Pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup dan tokoh-tokoh setan akan dibelenggu. Pada bulan itu Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang terhalang dari kebaikkannya, maka dia terhalang dari seluruh kebaikkan.” (HR. An-Nasa’i 2108). Diriwayatkan pula dari Anas dia berkata : “ketika telah masuk bulan Ramadhan, Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya telah datang bulan ini. Didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang terhalang untuk mendapatkannya, maka dia telah terhalang dari seluruh kebaikkan. Dan tidaklah terhalang dari kebaikkannya kecuali orang yang memang dihalangi.” (HR. Ibnu Majah 1644)
  • Pada bulan Ramadhan, doa-doa akan dikabulkan. Pada pertengahan ayat-ayat tentang puasa, Allah berfirman : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah:186).

Dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id berkata : Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari Neraka pada setiap siang dan malam. Masing-masing mereka memiliki doa yang mustajab.”(HR. Ahmad 7450). Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa yang dimaksud adalah pada bulan Ramadhan. Dalam riwayat Al-Bazzar dari Abu Sa’id Al-Khudri dia berkata bahwa Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari Neraka pada tiap-siang dan malam –yakni dibulan Ramadhan – dan sesungguhnya setiap muslim memiliki doa yang mustajab pada tiap siang dan malamnya.” (HR. Al-Bazzar dalam Kasyful Astar no. 962)

  • Bulan Ramadhan adalah bulan dzikir dan bulan syukur, karena Allah menyebutkan dzikir dan syukur ini ditengah pembicaraan tentang hukum-hukum puasa. Allah berfirman : “Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Al-Baqarah:185)
  • Ramadhan adalah bulan kesabaran. Berdasarkan hadits Arab Badui dan Ibnu Abbas dari Nabi bahwa beliau Bersabda : “ Puasa pada bulan kesabaran dan tiga hari disetiap bulan akan menghilangkan kemarahan didada.” (HR. Ahmad 3070).Tidak diragukan lagi bahwa Puasa dibulan Ramadhan (mengandung unsur kesabaran), yaitu : bersabar dalam menta’ati Allah, bersabar terhadap takdir Allah berupa lapar dan haus serta bersabar menjauhi apa yang Allah haramkan atas orang yang berpuasa berupa pembatal-pembatal puasa dan yang lainnya. Allah berfirman : “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar:10)
  • Pada bulan Ramadhan akan menggugurkan dosa-dosa. Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda : “Shalat lima waktu, shalat jum’at kejum’at berikutnya, dari Ramadhan ke Ramadhan, akan menggugurkan dosa-dosa diantaranya apabila dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim)
  • Puasa Ramadhan menjadi sebab diampuninya dos-dosa. Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah dari Nabi bersabda : “Barangsiapa puasa Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala , maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  • Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling banyak mengandung kesempatan pengampunan dosa. Baramgsiapa tidak diampuni dosa-dosanya dibulan Ramadhan, maka sungguh dia telah celaka. Berdasarkan hadits Abu Hurairah bahwa Nabi  pernah naik mimbar dan mengucapkan “Amin, Amin, Amin.” Kemudian ada yang bertanya kepada Beliau, “Wahai Rasulullah , mengapa engkau tadi megucapkan Amin, Amin, Amin ?” Beliau menjawab: “Jibril berkata kepadaku , “Celaka seseorang yang memasuki bulan Ramadhan,namun dia tidak diampuni.” Maka aku katakan, “Amin”. Lalu dia berkata, “Celakalah seseorang apabila engkau disebut disisinya, namun dia tidak bershalawat untukmu.” Maka aku katakan, “amin”. Lalu dia berkata lagi, “Celakalah seseorang yang mendapati kedua orangtuanya atau salah satunya (masih hidup), namun dia tidak masuk syurga.” Maka aku katakan, “Amin.” (HR. Ibnu Khuzaimah 3/192)
  • Mendapati bulan Ramadhan akan mengangkat derajat. Berdasarkan hadits Thalhah bin Ubaidillah mengatakan, bahwasannya dua orang lelaki dari Baliy datang menjumpai Rasulullah , dan keduanya pun memeluk Islam. Salah seorang dari keduanya lebih bersemangat berjihad dari yang lainnya, kemudian ia pergi berperang sehingga mati syahidlah Sedangkan yang satunya lagi hidup hingga setahun setelahnya, kemudian meninggal dunia. Thalhah berkata, “Kemudian aku bermimpi seakan-akan ketika aku berada di pintu surga, tiba-tiba aku berada di sisi kedua lelaki tersebut, dan setelah itu malaikat keluar dari surga. Maka ia mengizinkan lelaki yang meninggal dunia belakangan dari keduanya untuk memasukinya, kemudian ia keluar lagi dan (barulah) mempersilahkan kepada lelaki yang mati syahid. Lalu malaikat itu kembali kepadaku dan berkata, ‘Kembalilah kamu, sesungguhnya belum tiba saatnya perkara ini bagimu.” Pagi harinya Thalhah menceritakannya kepada orang-orang. Mereka pun heran, lantas memberitahukannya kepada Rasulullah  dan menceritakan kejadiannya. Maka beliau bersabda, “Perkara yang mana yang membuat kalian heran?’ Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, orang ini (lelaki yang pertama meninggal) adalah yang paling bersemangat dalam berjihad di antara keduanya, dan kemudian ia pun mati syahid. Lalu mengapa orang yang lainnya (lelaki yang meninggal belakangan justru) masuk surga lebih dulu darinya?” Rasulullah  menjawab, ‘Bukankah orang ini hidup setahun setelahnya?” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, ‘Bukankah ia mendapatkan bulan Ramadhan dan berpuasa, ia juga mengerjakan shalat ini dan itu dengan berapa sujud dalam satu tahun (itu)?” Mereka pun menjawab, “Ya.” Rasulullah kembali bersabda, “Sungguh sangat jauh perbedaan antara keduanya (dalam kebajikan) bagaikan antara langit dan bumi.” (HR. Ibnu Majah 3925)
  • Umrah dibulan Ramadhan pahalanya seperti Ibadah haji bersama Nabi . Berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas  bahwa Rasulullah  berkata kepada seorang wanita dari Kaum Anshar yang disebut namanya oleh Ibnu ‘Abbas  namanya Ummu Sinan: “Apa yang menghalangimu untuk menunaikan haji bersama kami?”. Wanita itu berkata: “Dahulu kami memiliki seekor unta yang selalu digunakan oleh ayah fulan dan anaknya, maksudnya adalah suami dan anak dari perempuan itu, kemudian dia membiarkan unta tersebut untuk mengangkut air. Beliau berkata: “Apabila datang bulan Ramadhan, laksanakanlah ‘umrah karena ‘umrah pada bulan Ramadhan seperti ‘ibadah haji’ atau seperti itu (haji) sebagaimana Beliau sabdakan.

 

Sumber : Ash-Shiyam fil Islam fi Dha’uil Kitab was Sunnah hal. 31-38 oleh Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Penterjemah : Ust. Surya Darma Al-Maidany, dengan diringkas)

ADAB MENYAMBUT RAMADHAN

ADAB MEYAMBUT RAMADHAN

Tanpa terasa oleh kita semua, sebentar lagi kita akan kedatangan tamu yang agung yaitu Bulan Ramadhan. Tamu yang dinanti-nanti dan dirindukan kedatangannya. Sebentar lagi tamu itu akan bertemu dengan kita. Tamu yang membawa berkah yang berlimpah ruah. Tamu bulan Ramadhan adalah tamu agung, yang semestinya kita bergembira dengan kedatangannya dan mempersiapkan diri untuk menyambutnya.

Bulan Ramadhan dengan segala keberkahannya merupakan rahmat dari Allah. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu lebih baik dan lebih berharga dari segala perhiasan dunia. Allah berfirman :

“Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Yunus : 58)

Syaikh As-Sa’di berkata : “Bahwasannya Allah memerintahkan untuk bergembira atas karunia Allah dan rahmat-Nya karena itu akan melapangkan jiwa, menumbuhkan semangat, mewujudkan rasa syukur kepada Allah, dan akan mengokohkan jiwa, serta menguatkan keinginan dalam berilmu dan beriman, yang mendorang semakin bertambahnya karunia dan rahmat (dari Allah). Ini adalah kegembiraan yang terpuji. Berbeda halnya dengan gembira karena syahwat duniawi dan kelezatannya atau gembira diatas kebatilan, maka itu adalah kegimbiraan yang tercela. Sebagaimana Allah berfirman tentang Qarun:

“Janganlah kamu terlalu bangga, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri.” (QS. Al-Qashash: 76)

Karunia dan rahmat Allah berupa bulan Ramadhan juga patut untuk kita sampaikan dan kita sebarkan kepada saudara-saudara kita kaum muslimin. Agar mereka menyadarinya dan turut bergembira atas limpahan karunia dan rahmat dari Allah.

Salah satu bentuk menyadari dan ikut bergembira dengan limpahan karunia dan rahmat Allah adalah dengan menyebut-nyebutnya. Hal ini akan mendorong kita untuk mensyukurinya dan menumbuhkan kecintaan kepada Dzat yang melimpahkan nikmat atasnya. Karena hati itu selalu condong untuk mencintai siapa yang telah berbuat baik kepadanya.

Bagaimanakah Seharusnya Kita Menyambut Ramadhan?

Seorang muslim seharusnya tidak lalai terhadap momen-momen untuk beribadah, bahkan seharusnya ia termasuk orang yang berlomba-lomba dan bersaing (untuk mendapatkan kebaikan) didalamnya. Allah  berfirman :

“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berloma-lomba.” (QS. Al-Muthaffifiin : 26)

Maka bersemangatlah wahai saudara-saudara muslim dalam menyambut Ramadhan dengan cara-cara yang benar sebagaimana berikut ini:

Pertama, Berdo’a agar Allah mempertemukan dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat dan kuat, serta dalam keadaan bersemangat beribadah kepada Allah, seperti ibadah puasa, sholat dan dzikir.

Maka apabila telah tampak hilal bulan Ramadhan, berdoalah pada Allah:

اَللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِاْلأَمْنِ وَاْلإِيْمَانِ، وَالسَّلاَمَةِ وَاْلإِسْلاَمِ، وَالتَّوْفِيْقِ لِمَا تُحِبُّ رَبَّنَا وَتَرْضَى، رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللهُ

“Ya Allah! Tampakkan bulan tanggal satu itu kepada kami dengan membawa keamanan dan keimanan, keselamatan dan Islam serta mendapat taufik untuk menjalankan apa yang Engkau senang dan rela. Tuhan kami dan Tuhanmu (wahai bulan sabit) adalah Allah.” (HR. Tirmidzi dan Ad-Darimi)

Kedua, Bersyukur pada Allah dan memuji-Nya atas dipertemukannya dengan bulan Ramadhan.

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata dalam kitabnya Al-Adzkar : “Ketahuilah, dianjurkan bagi siapa saja yang mendapatkan suatu nikmat atau dihindarkan dari kemurkaan Allah, untuk bersujud syukur kepada Allah Ta’ala, atau memuji Allah (sesuai dengan apa yg telah diberikan-Nya).”

Dan sesungguhnya di antara nikmat yang paling besar dari Allah atas seorang hamba adalah taufiq untuk melaksanakan ketaatan. Selain dipertemukan dengan bulan Ramadhan, nikmat agung lainnya adalah berupa kesehatan yang baik. Maka ini pun menuntut untuk bersyukur dan memuji Allah Sang Pemberi Nikmat lagi Pemberi Keutamaan dengan nikmat tersebut. Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak dan pantas bagi keagungan Wajah-Nya dan keagungan kekuasaan-Nya.

Ketiga, Bergembira dan berbahagia dengan datangnya bulan Ramadhan.

Telah ada contoh dari Rasulullah bahwa beliau dahulu memberi berita gembira pada para sahabatnya dengan kedatangan Ramadhan. Beliau bersabda :

“Telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan Ramadhan bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan atas kalian untuk berpuasa didalamnya. Pada bulan itu dibukakan pintu-pintu surga serta ditutup pintu-pintu neraka….” (HR. Ahmad)

Dan sungguh demikian pula as-salaf ash-shalih dari kalangan sahabat dan tabi’in, mereka sangat perhatian dengan bulan Ramadhan dan bergembira dengan kedatangannya. Maka kebahagiaan manakah yang lebih agung dibandingkan dengan berita dekatnya bulan Ramadhan, moment untuk melakukan kebaikan serta diturunkannya rahmat?

Keempat, Bertekad serta membuat program agar memperoleh kebaikan yang banyak di bulan Ramadhan.

Kebanyakan dari manusia, bahkan dari kalangan yang berkomitmen untuk agama ini (beragama Islam), membuat program yang sangat serius untuk urusan dunia mereka, akan tetapi sangat sedikit dari mereka yang membuat program sedemikian bagusnya untuk urusan akhirat. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran terhadap tugas seorang mu’min dalam hidup ini, dan lupa atau bahkan melupakan bahwa seorang muslim memiliki kesempatan yang banyak untuk dekat dengan Allah untuk mendidik jiwanya sehingga ia bisa lebih kokoh dalam ibadah.

Di antara program akhirat adalah program menyibukkan diri di bulan Ramadhan dengan ketaatan dan ibadah. Seharusnya seorang muslim membuat rencana-rencana amal yang akan dikerjakan pada siang dan malam Ramadhan. Dan tulisan yang anda baca ini, membantu anda untuk meraih pahala Ramadhan melalui ketaatan pada-Nya, dengan ijin Allah .

Kelima, Bertekad dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh pahala di bulan Ramadhan serta menyusun waktunya (membuat jadwal) untuk beramal shalih.

Barangsiapa yang menepati janjinya pada Allah maka Allah pun akan menepati janji-Nya serta menolongnya untuk taat dan memudahkan baginya jalan kebaikan. Allah berfirman:

“Maka seandainya mereka benar-benar beriman pada Allah, maka sungguh itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad:21)

Keenam, Berbekal ilmu dan pemahaman terhadap hukum-hukum di bulan Ramadhan.

Wajib atas seorang yang beriman untuk beribadah kepada Allah dilandasi dengan ilmu, dan tidak ada alasan untuk tidak mengetahui kewajiban-kewajiban yang diwajibkan Allah atas hamba-hamba-Nya. Di antara kewajiban itu adalah puasa di bulan Ramadhan. Sudah sepantasnya bagi seorang muslim belajar untuk mengetahui perkara-perkara puasa serta hukum-hukumnya sebelum ia melaksanakannya (sebelum datang bulan Ramadhan), agar puasanya sah dan diterima Allah .

“Maka bertanyalah pada orang-orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui.” (QS. Al-Anbiya’:7)

Ketujuh, Wajib pula bertekad untuk meninggalkan dosa-dosa dan kejelekan, serta bertaubat dengan sungguh-sungguh dari seluruh dosa, berhenti melakukannya serta tidak mengulanginya lagi.

Karena bulan Ramadhan adalah bulan taubat. Barangsiapa yang tidak bertaubat di dalamnya, maka kapankah lagi ia akan bertaubat? Allah berfirman :

“Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung.” (QS. An-Nur: 31)

Kedelapan, Mempersiapkan jasmani dan rohani dengan membaca dan menelaah buku-buku serta tulisan-tulisan, serta mendengarkan ceramah-ceramah islamiyah yang menjelaskan tentang puasa dan hukum-hukumnya, agar jiwa siap untuk melaksanakan ketaatan di bulan Ramadhan.

Demikian pulalah Nabi mempersiapkan jiwa-jiwa para sahabat untuk memanfaatkan bulan ini. Nabi sempat bersabda pada akhir bulan Sya’ban : “Telah datang pada kalian bulan Ramadhan…(sampai akhir hadits).” (HR. Ahmad)

Kesembilan, Mempersiapkan dengan baik untuk berdakwah kepada Allah Ta’ala di bulan Ramadhan, melalui: Menghadiri pertemuan-pertemuan serta bimbingan-bimbingan dan menyimaknya dengan baik agar dapat disampaikan di masjid di daerah tempat tinggal. Menyebarkan buku-buku kecil, tulisan-tulisan serta nasehat-nasehat tentang hukum yang berkaitan dengan Ramadhan kepada orang-orang yang shalat serta masyarakat sekitar.

Menyiapkan “hadiah Ramadhan” sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Hadiah tersebut dapat berupa paket yang didalamnya terdapat kaset-kaset dan buku kecil, yang kemudian pada paket tersebut dituliskan “hadiah Ramadhan”.

Kesepuluh, Menyambut Ramadhan dengan membuka lembaran putih yang baru, yang akan diisi dengan: Taubat sebenar-benarnya kepada Allah.

Ta’at pada perintah Rasul serta meninggalkan apa yang dilarangnya. Berbuat baik  kepada kedua orang tua, kerabat, saudara, istri atau suami serta anak-anak. Berbuat baik kepada masyarakat sekitar agar menjadi hamba yang shalih serta bermanfaat.

Sumber : ‘Asyru Wasail Listiqbali Ramadhan, dgn diringkas, Khalid bin Abdurrahman ad-Durwaisy. http://saaid.net/mktarat/ramadan/22.htm